Rabu, 05 Desember 2012

(Tugas Membuat Jurnal) BAB V


BAB V 
KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan
          Berdasarkan dari analisis dan pembahasan hasil penelitian di atas, kajian potensi internal perusahaan dan permasalahan usaha kecil dapat ditarik simpulan sebagai berikut:

a.  Karakteristik responden
    -  Memiliki  bidang usaha yang bervariatif dan berlokasi terpusat (sentra)
    -  Rata-rata tenaga kerja   berpendidikan rendah (SD) dan keberadaannya tidak  
       kontinyu, karena banyak pekerja pada usaha kecil sebagai pekerjaan
       sampingan, rata-rata pekerja kurang memiliki pengalaman sebelumnya.

b.   Permodalan umumnya modal milik sendiri bukan pinjam di bank atau kerjasama 
       pihak lain, dan sebagian kecil pinjam di bank

c.   Produksi
  •  Desain produk cenderung berubah , dan perubahan hanya meniru yang sudah ada di pasaran.
  • Bahan baku yang digunakan sebagian besar bahan baku lokal yang diperoleh melalui pembelian tunai dan tidak pernah membuat perjanjian secara tertulis dengan supplier.
  • Alat produksi yang digunakan masih sederhana dan rata-rata berumur tua.

d. Daerah pemasaran terbatas pada daerah sekitarnya, promosi belum banyak     dilakukan, kecenderungan melalui perusahaan dan penjual cepat puas bila produk terjual.

e. Umumnya perusahaan kecil memiliki percaya diri dan tingkat mandiri tinggi, hanya karena terbatas pengetahuan, perusahaan kecil berkembangnya lambat.


2.  Saran
          Agar perusahaan dinilai potensial berhasil, maka sebagai berikut :
  • Diperlukan perubahan cara memasarkan produk tidak hanya melalui pesanan akan tetapi penggunaan teknologi informasi yang dapat digunakan sebagai media promosi dan pemasarannya.
  • Diperlukan pembukuan yang teratur, untuk mengetahui perkembangan perusahaan yang riel dan persiapan diberlakukannya wajib pajak bagi usaha kecil.
  • Penggunaan alat produksi yang memadai, untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja. 
  • Adanya perhatian pemerintah yang lebih serius, tidak ada diskriminasi dengan perusahaan besar.

(Tugas Membuat Jurnal) BAB IV

BAB IV


ANALISIS  DATA  DAN PEMBAHASAN

Tabel Karakteristik Responden

Keterangan
Jumlah  Responden
1. Usia Pemilik / Pengelola
  a.      20   -   30 tahun
  b.  > 30   -   40 tahun
  c.  > 40   -   50 tahun
  d.  >  50  tahun

1 orang
8 orang
9 orang
1 orang
2.  Tingkat Pendidikan / Pengelola
  a.  SD
  b.  SLTP
  c.  SMA
  d.  Sarjana

6 orang
2 orang
6 orang
5 orang
3.  Masa Kerja
   a.   1     -      5  tahun
   b.   6     -    10  tahun
   c.   11   -    15  tahun
   d.   16   -    20  tahun
   e.      >       20  tahun

7 orang
6 orang
4 orang
1 orang
1 orang
4. Yang Merintis Usaha
  a.  Orang tua
  b.  Suami
  c.  Diri Sendiri
  d.  Bersama  orang lain

4 orang
2 orang
     12 orang
1 orang
5. Bidang Usaha
   a.  Sepatu / sandal
   b.  Percetakaan
   c.  Keramik
   d.  Konveksi
   e.  Aneka Usaha lain

2 orang
4 orang
2 orang
3 orang
9 orang
6. Pengalaman sebelum menekuni Usaha
   a.  Berpengalaman
   b.  Tidak berpengalaman

11 orang
8   orang
                          

1.Analisis Data
1.2.  Gambaran Industri Aneka dan Tekstil Yang Telah dinilai Potensial
a.  Aspek Permodalan
              Sebagian besar permodalan bersumber dari milik sendiri yaitu 57,89 %, sehingga umumnya perusahaan kecil tidak berpengaruh adanya kenaikan nilai dollar dan  adanya kenaikan suku bunga bank. Modal rata-rata yang dimiliki Rp. 50.000.000,0 s/d Rp. 100.000.000,-. Umumnya industri kecil  kurang memiliki akses memperoleh pinjaman, hal ini disebabkan dokumentasi atas kegiatan belum memadai, khususnya berkaitan dengan pembukuan, oleh karena itu pengelola tidak memiliki informasi yang cukup mengenai kinerja financial usaha yang dicapai. Dengan demikian akan terjadi kesulitan melakukan pinjaman di bank  atau proposal yang diajukan untuk memperoleh dana sangat diragukan validitasnya.
    Modal pinjaman sebagian kecil dibiayai dengan kredit perbankan  yaitu 15,79 % . apabila perusahaan mengalami kesulitan uang, maka alternatif yang dilakukan adalah memprioritaskan kebutuhan mendesak dan menundah kebutuhan lainnya. Semakin perusahaan tahu akses modal cenderung untuk memanfaatkannya, tanpa dipertimbangkan rencana dan tujuan penggunaan yang jelas, sehingga terlalu banyak kewajiban atau hutang yang harus dibayar sementara pendapatannya tetap, walaupun pendapatannya naik, tapi kurang proposional dengan hutang yang dibayar. Secara umum perusahaan sudah memisahkan keuangan keluarga dan keuangan perusahaan.
               Industri kecil umumnya, kurang setuju adanya kerjasama dengan pihak lain dalam hal permodalan, hal ini dilakukan karena adanya kekawatiran adanya ikut campur dalam pengelolaan usahanya dan pada akhirnya akan mengusai usahanya.

b. Aspek Produksi 
1. Desain produk    
Desain    produk cenderung selalu berubah,hanya meniru produk lain yang sudah ada dipasaran, perusahaan kurang berani mengubah desain produknya karena takut kehilangan pasar, sehingga sebagian besar membuat desain produknya hanya mengikuti order dari pembelinya atau melakukan variasi produk sesuai dengan kebutuhan pasar, sering melakukan pengawasan pasar serta melakukan penetapan waktu produksi untuk menghadapi permintaan produk.
 2. Bahan Baku                                                                                                  
      Sumber bahan baku yang digunakan sebagian besar bahan baku lokal atau berasal dari daerah sekitarnya, pembelian bahan baku rata-rata secara tunai.  Karena tidak pernah membuat perjanjian secara tertulis  dengan supplier  untuk mendapatkan  bahan baku secara  kontiyu, sehingga bahan baku menjadi masalah yang serius di proses produksi ketika ada permintaan mendadak atau kelangkaan bahan baku di pasaran, tapi sebagian perusahaan telah melakukan persediaan bahan baku untuk menghadapi permintaan yang mendadak.
3. Tenaga Kerja
  Tenaga kerja yang ada pada industri aneka rata-rata berpendidikan rendah, untuk itu perusahaan selalu mendorong  karyawan bekerja lebih trampil dan menciptakan cara –cara kerja yang efisien. Pada umumnya pimpinan /pengelola perusahaan lebih mudah mengendalikan atau melakukan pengawasan tenaga kerja (karyawan), karena pimpinan langsung dapat memantau langsung terhadap  masing-masing  karyawan  ketika bekerja.  Yang perlu diperhatikan mengenai tenaga kerja, kurangnya tambahan pengetahuan dari pihak perusahaan atau bekerja sama dengan pihak  diluar perusahaan  untuk memberikan pelatihan atau memberikan pengetahuan bagaimana dapat bekerja yang produktif dan lebih baik.
4. Alat Produksi
                   Sebagian besar menggunakan alat produksi sederhana untuk proses produksi, umumnya mesin yang digunakan berumur tua, dan kurang didukung adanya sumber daya yang memadai, sehingga perusahaan  kurang  dapat menghasilkan produk yang bermutu tinggi, dan terjadi produktivitas rendah yang berakibat terjadi biaya tinggi, dan akhirnya  perusahaan kecil kalah bersaing harga dengan perusahaan menengah dan besar, disamping itu perusahaan kurang mampu mengakses informasi yang berkaitan dengan hasil penelitian pusat litbang dan perguruan tinggi.

c. Aspek  Pemasaran  
          Gambaran penggunaan saluran distribusi pemasaran atau penjualan yang dilakukan selama ini dapat dilihat tabel. Saluran distribusi yang dilakukan sebagian besar pemasaran produk aneka umumnya masih menggunakan pendekatan tradisional, mendistribusikan barangnya terbatas pada penyalur yang dikenal, kurang mengetahui distribusi lanjutan  atas produknya. Kecenderungan cara memasarkan produk melalui pesanan, bila produk telah terjual, penjual cukup puas dan akses ke pasar mudah dilakukan,  sebenarnya pasar yang dicapai terbatas, dan kurang dapat berkembang, hal ini dibuktikan adanya cukup puas bila produknya terjual .
          Secara umum perusahaan belum menggunakan sarana promosi penjualan secara tepat, cara promosi penjualan yang dilakukan  sebagian besar melalui merk yang ada pada kemasan produk,  adapun pameran belum banyak diikuti, hal ini sebabkan karena faktor biaya pameran relatif tinggi bagi usaha kecil.

d. Aspek Kewirausahaan
            Kecenderungan perusahaan memiliki percaya diri tanpa bantuan orang lain usahanya dapat berjalan terus, terdapat upaya untuk memperbaiki kondisi perusahaan secara seksama, sehingga reputasi perusahaan sangat tergantung pada kemampuan yang dimiliki, sebenarnya terdapat inisiatif untuk memajukan perusahaan, hanya karena terbatas pengetahuannya, maka seringkali hal yang dilakukan sebenarnya sudah lama dilakukan pihak lain.. Hal ini seharusnya pemerintah memberikan batasan produk-produk tertentu yang diperbolehkan produksi hanya perusahaan kecil, untuk perusahaan besar dan menengah tidak diperbolehkan, atau ada kebijakan pemerintah untuk membangun jaringan usaha kecil  dengan usaha besar dalam hal memasarkan produk yang dihasilkan usaha kecil.

f.  Aspek Keunggulan Kompetitif (data pendukung)
Nilai keunggulan kompetitif menunjukkan kondisi yang menyebabkan  perusahaan beroperasi secara kontinyu di daerah tersebut dan mempunyai dasa operasi yang semakin kuat.  Berdasarkan  hasil perhitungan table diatas , Kualitas  produk dibandingkan dengan hasil industri sejenis  secara umum, perusahaan menilai hasil produksinya baik, bila dilihat dari sisi ketahanan produk, daya tarik produk, desain produk, dan kemasan, ini menunjukkan tingkat percaya diri sangat tinggi bahwa hasil produksinya bila dibandingkan industri lain sejenis  lebih baik.

(Tugas Membuat Jurnal) BAB III

BAB III
METOTODOLOGI PENELITIAN

1. Rancangan Penelitian
Dalam memperoleh gambaran penelitian mengenai potensi industri kecil dan permasalahan yang dihadapi perusahaan digunakan metode survey.dan penelitian studi deskriptif (descriptive study) tujuan studi ini untuk menjelaskan aspek-aspek yang relevan dengan fenomena yang diamati dan menawarkan ide masalah untuk pengujian atau penelitian selanjutnya, ( Nur indriantoro, 1999: 88). (Singarimbun 1989:3 dalam Moeljadi 1998 : 82) “penelitian survey adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai instrumen pengumpulan data yang pokok”


2.  Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Malang. Pemilihan lokasi ini berdasarkan pertimbangan bahwa Kabupaten Malang terdapat peluang untuk pengembangan usaha, sehingga perlu adanya pengkajian pengembangan potensi usaha kecil.

3.  Populasi dan Sampel
    a. Penentuan Populasi
    Penelitian dilakukan pada perusahaan bidang usaha aneka dan tekstil yang terdaftar pada dinas perindustrian dan perdagangan Kabupaten Malang, 2003.  Jumlah industri aneka  32 dan Industri  tekstil 48 perusahaan, home industri yang tidak terdaftar pada Dipperindag Malang  10 perusahaan, sehingga  jumlah populasi  90 perusahaan, responden  pimpinan  atau pengelola perusahaan,  dan konsultan  sebagai bahan informasi tentang kondisi industri kecil yang riil.
b. Metode  Pengambilan Sampel
        Karena   penelitian ini survey , adalah penelitian yang mengambil sample dari satu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan data yang  pokok (Singarimbun, 198 ) ,maka dalam penelitian ini tidak dilakukan pengambilan sampel lebih dahulu dari populasi yang ada, akan tetapi yang dijadikan sampel adalah responden yang bersedia menjawab kuisioner.
c.  Teknik Pengumpulan Data
     Dalam penelitian ini terdapat dua data yaitu data pendukung (Usia, tingkat pendidikan pimpinan/pengelola, masa kerja,  bidang usaha,  jumlah tenaga kerja, dan pengalaman yang dimiliki, keunggulan kompetitif). Dan data utama  meliputi aspek  permodalan, produksi, pemasaran, kewirausahaan, dan pembukuan)

4. Teknik Analisis  Data.
Penelitian ini merupakan studi deskriptif, maka teknik analisis data yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif. Tahapan dalam analisis data sebagai berikut :
a. Tabulasi Data ,  hasil kuisioner tersebut akan terjelma dalam angka, tabel-tabel  dari jawaban responden ke masing-masing aspek  yang ada pada industri kecil.
b. Reduksi Data, merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, memperhalus data yang tidak perlu dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga finalnya menyakinkan untuk dapat ditarik kesimpulan.
c. Analisis Deskriptif, analisis ini digunakan untuk mengungkap gambaran data lapang secara deskriptif dengan cara menginterpretasikan hasil pengolahan lewat tabulasi data  dan analisis kekuatan, kelemahan,   peluang   dan    ancaman
      (S W O T). Analisis diskriptif tersebut berguna untuk mendukung interpretasi terhadap hasil analisis yang dilakukan.

Selasa, 04 Desember 2012

(Tugas Membuat Jurnal) BAB II

BAB II


2. LANDASAN TEORI
2.1.   Pengertian dan Kriteria Usaha Kecil
 Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 9 tahun  1995 pasal 1 angka 1;  tentang usaha kecil dan koperasi, Usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang.
Kriteria usaha kecil menurut Undang-Undang Usaha Kecil dan kopersi diantaranya adalah :
a.     Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.200.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha .
b.     Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000.00
c.      Milik warga negara Indonesia
d.      Berdiri sendiri bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasi  atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah dan besar, dan
e.   Berbentuk usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum seperti koperasi.
     
2.2.  Lingkungan Eksternal Perusahaan
Lingkungan eksternal merupakan kondisi diluar perusahaan yang dapat mempengaruhi kehidupan perusahaan. Menurut Viljoen (1991:152 dalam Moeljadi, 1998 : 28 ) lingkungan eksternal ini sering disebut sebagai external Opportunites dan Threats, mencakup political, social, technological, economic,geographic, customers, suppliers, competitors, creditors dan labour. Glueck (1993:87) dalam Moeljadi (1998 : 28) menyebut lingkungan ini sebagai “faktor-faktor luar perusahaan yang dapat menimbulkan peluang atau ancaman”.


2.3.  Lingkungan Internal Perusahaan
Setiap usaha yang dilakukan perusahaan selalu dihadapkan pada situasi yang selalu berubah. Kondisi tersebut tidak mungkin dilaksanakan tanpa adanya proses penyesesuaian terhadap kondisi ekternal yang ada. Jadi lingkungan internal merupakan cerminan kekuatan atau kelemahan dari suatu organisasi perusahaan dan dapat mencerminkan kemampuan manajemen untuk mengelola perusahaan. Hal ini dapat menunjukkan kekuatan sumber daya, meliputi segala aspek material atau non material yang dimiliki perusahaan dalam menjalankan usaha dan fungsinya untuk berproduksi secara komersial. Konsep tersebut terdiri dari kemampuan pengusaha, kemampuan optimalisasi proses produksi yang ada, kapabilitas mengadakan ekspansi pasar, dan pengelolaan keuangannya (Hunger,1993:15 dalam Moeljadi 1998 : 33).

 
2.4.   Segi  Kelemahan Perusahaan Kecil
               Kelemahan perusahaan kecil pada umumnya, ( Marbun, 1993 )
 1. Tidak  atau kurang mempunyai perencanaan tertulis
 2.   Kurang berorientasi ke masa depan, melainkan kepada hari kehari saja
 3.  Kurang memiliki pendidikan yang relevan
 4.  Tanpa menggunakan pembukuan atau pencatatan yang teratur
 5.  Tidak ada atau jarang terjadi pengkaderan
 6.   Cepat puas
             Menurut Thomas W. dan  Norman M. ( 2002 : 23 ), sebab-sebab kegagalan bisnis  sebagai  berikut : Ketidakmampuan manajemen
Ketidakmampuan manajemen kebanyakan bisnis kecil meliputi :
-          Kurangnya pengalaman, lemahnya kemampuan pengambilan keputusan, atau lemahnya kendali keuangan,
-          Pertumbuhan tak terkendali
-          Lokasi yang kurang baik
-          Pengendalian persediaan yang tidak baik

2.5.  Segi Kekuatan  Perusahaan Kecil
            Keberhasilan pada perusahaan di mulai dari kecil sampai menjadi pengusaha nasional atau internasional, keberhasilan tersebut karena berbagai faktor antara lain faktor kejelian, ketajaman menganalisis keadaan, pandai mengikuti dan memanfaatkan situasi, tekun, mudah tanggap pada pembaharuan, dan dilakukan pembinaan terus menerus kepada bawahannya atau karyawannya.
          Kekuatan perusahaan kecil di Indonesia  antara lain karena :
a.       Tidak birokrasi dan mandiri
 b.   Cepat tanggap dan fleksibel

2.6.   Menilai Peluang Pasar
     Perusahaan selalu membutuhkan informasi dan pengetahuan tentang pasar atas produk yang dihasilkan, dengan riset pasar dapat membuat keputusan pemasaran yang lebih baik.  ( Geoffrey G : 2000). Dengan riset pasar dapat membantu :
-          menemukan pasar yang menguntungkan,
-          memilih produk yang dapat dijual,
-          menentukan perubahan dalam perilaku konsumen,
-          meningkatkan teknik-teknik pemasaran, dan
-          merencanakan sasaran-sasaran yang realistik.  
           
2.7.  Prospek  Masa Depan Perusahaan Kecil di Indonesia
               Perkembangan teknologi informasi misalnya komputer, di mana segala sesuatu bergerak dengan cepat dan situasi cepat berubah, apakah eksistensi perusahaan kecil masih dapat diharapkan  atau tidak.
               Di Jerman Barat, Belanda, Inggris atau Amerika terdapat selalu menjumpai mata rantai toko swalayan (supermarket). Namun demikian, secara keseluruhan nasib perusahaan kecil  dapat diharapkan karena beberapa alasan ekonomis dan terkadang non ekonomis. Ternyata perusahaan kecil sering berfungsi sebagai pusat-pusat komunikasi lokal dan bertemu muka sambil belanja. Di Indonesia perusahaan kecil masih potensial khususnya di kota kecil dan daerah terpencil yang merupakan penghasil produk untuk pelengkap dengan sendirinya, selain itu komposisi penduduk Indonesia yang 80 % tinggal di pedesaan.

2.8.  Analisis S W O T
           Dalam dunia bisnis, kekuatan dan kelemahan perusahaan adalah hasil analisis perbandingan antara perusahaan dan perusahaan pesaing. Misalnya perusahaan mempunyai kemampuan berproduksi secara efisien, ternyata perusahaan pesaing memiliki kemampuan teknologi yang lebih efektif dan efisien, maka bagi perusahaan tersebut merupakan kelemahan.   Analisis kekuatan, kelemahan, kesempatan/peluang, dan ancaman ( strength, weakness, opportunity, threats / SWOT )  adalah sebuah teknik yang sederhana, mudah dipahami, dan juga dapat digunakan dalam merumuskan strategi-strategi dan kebijakan – kebijakan untuk pengelolaan perusahaan. Sehingga SWOT tidak mempunyai batasan waktu, artinya akan selalu berubah sesuai dengan perkembangan jaman.         
 Tema 
ANALISIS PERANAN UKM DALAM MENGHADAPI PERKEMBANGAN KRISIS EKONOMI NASIONAL


BAB I

PENDAHULUAN


I. Latar Belakang
Krisis ekonomi merupakan musibah yang mengakibatkan pertumbuhan ekonomi yang melamban. Pertumbuhan ekonomi yang melamban. Pertumbuhan ekonomi yang melamban bukan berakar pada masalah karena kelemahan pada sector moneter dan keuangan saja, melainkan pada tidak kuatnya struktur sector ekonomi di riel dalam menghadapi gejolak dari luar (external shock) atau gejolak dari dalam (internal shock). Sebelum krisis prioritas industry pemerintah lebih memprioritaskan untuk mendahulukan industry hulu namun mengabaikan industry hilir. Ada semacam statement bahwa kalau industry hulu terbangun maka industry hilir akan mengikuti. Namun dalam kenyataanya pemerintah mengabaikan konsep membangun industry hilir yang dapat dilaksanakan. Sementara itu industry industry besar yang terbangun tetap rawan gejolak luar tersebut tidak memiliki suatu keterkaitan yang kuat baik kebelakang penyediaan imput (backward linkage) maupun kedepan (forward linkage). Terlambatnya dipromosikan UMKM dalam program membangun industry hilir dan pemihakan pemerintah terhadap pengembangan usaha besar berakibat peran yang menonjol pada usaha besar. Dengan terlambatnya dipromosikan industry hilir terjadi kepincangan yang cukup parah ketika krisis asia melanda ekonomi. Ketika terjadi krisis industry besar mengahadapi masalah serius sedangkan UMKM bekerja menurut ritme keunggulannya. Dua pola pertumbuhan industry berbeda karena antara lain mengunakan bahan baku bersumber dari dalam negeri, pemakaian tenaga kerja dengan upah yang rendah dan relative cepat bergerak kearah penyesuaian pemakaian bahan baku dan berorientasi pasar.

II. Perumusan Masalah
  1. Mengapa UKM tetap bertahan dalam keadaan ekonomi dunia yang sedang buruk?
  2. Dengan cara apa UKM bisa bersaing didalam keadaan ekonomi yang sedang tidak baik?
  3. Program perkreditan dan perkuatan permodalan apa saja yang sudah diterima  dan membantu pebisnis UKM?
III. Tujuan dan Manfaat


  1. Menganalisis jenis program perkreditan dan perkuatan permodalan usaha kecil dan menengah.
  2. Menyusun model pemberdayaan UKM di kawasan perbatasan dengan negara tetangga. Sedangkan manfaat yang diharapkan adalah:
    1. Sebagai bahan masukan dalam penyusunan kebijakan pendayagunaan atau pengelolaan produk unggulan dalam peningkatan ekspor dan pengembangan ekonomi lokal
    2. Sebagai bahan masukan dalam penyusunan kebijakan dan strategi pemberdayaan UKM kawasan perbatasan yang berbasis pada pengembangan ekonomi lokal dalam kerangka pemberdayaan kawasan perbatasan negara.

(Tugas Membuat Jurnal) BAB I


Tema
ANALISIS PERANAN UKM DALAM MENGEMBANGAN EKONOMI NASIONAL


BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Perekonomian Indonesia saat ini berusaha menggeliat untuk dapat bangkit kembali setelah terpuruk atau krisis ekonomi. Pengembangan ekonomi lokal selain meningkatkan pendapatan masyarakat serta untuk meningkatkan jumlah konsumsi masyarakat dilakukan dengan cara meningkatkan kapasitas produktif masyarakat melalui industri kecil dan menengah yang sering dikenal dengan Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Dalam hal ini diupayakan bahwa masyarakat diberi hak untuk turut serta didalam pembangunan untuk meningkatkan pola konsumtif sekaligus pola produktif. Pola produktif lokal ini secara praktek tidak terkena oleh imbas terpuruknya ekonomi global melalui berbagai investasi antar negara. Hal ini terjadi karena jumlah produksi terserap oleh konsumsi masyarakat secara lokal. Usaha kecil menengah merupakan sektor usaha yang memilki peran cukup tinggi dalam perekonomian daerah, terutama dalam penyediaan lapangan kerja. Namun demikian perkembangan usaha kecil menengah akhir-akhir ini cukup memprihatinkan terlebih dengan masuknya berbagai produk impor yang merupakan hasil usaha menengah luar negeri. Kondisi demikian akan memperlemah posisi sector usaha kecil di pasar Indonesia. Semakin melemahnya posisi sector usaha kecil di pasar, dalam jangka panjang akan berdampak pada turunnya taraf hidup masyarakat serta bertambahnya pengangguran. Oleh karena diperlukan upaya-upaya yang mengarah pada pengembangan sector usaha kecil dalam rangka memperbaiki mutu produk atau jasa sehingga mampu bersaing di pasar. Upaya untuk memperbaiki mutu produk diperlukan pengelola usaha (manajemen) dengan baik, meliputi aspek permodalan, produksi, pemasaran, sumber daya mannusia, dan pembukuan.

II. Perumusan Masalah
  1. Mengapa UKM tetap bertahan dalam keadaan ekonomi dunia yang sedang terpuruk?
  2. Bagaimana cara UKM bisa bersaing didalam keadaan krisis ekonomi ini?
  3. Kenapa tidak terlalu dikembangankan UKM yang memiliki peran cukup tinggi bagi perekonomian? 
III. Tujuan dan Manfaat
  1. Untuk memetakan (mapping) cara berpikir pengusaha, dalam pengambilan keputusan untuk menetapkan jenis usaha indsutri kecil dan rumah tangga.
  2. Menggali permasalahan yang dihadapi  indsutri kecil dan rumah tangga.
  3. Mengkaji potensi industri kecil bidang usaha aneka dan rumah tangga dari berbagai aspek

Senin, 03 Desember 2012

Jurnal Perilaku Konsumen dan Review Jurnal II (Journal International)


CONSUMER BEHAVIOR ANALYSIS AND SOCIAL MARKETING:
THE CASE OF ENVIRONMENTAL CONSERVATION

 Gordon R. Foxall
Cardiff University, United Kingdom

 Jorge M. Oliveira-Castro
 University of Brasília, Brazil

Victoria K. James
M. Mirella Yani-de-Soriano
Valdimar Sigurdsson
Cardiff University, United Kingdom

ABSTRACT
Consumer  behavior  analysis  represents  one  development  within  the  behavioranalytic tradition of interpreting complex behavior, in which a specific conceptual framework has been  proposed  (i.e.,  the  Behavioral  Perspective  Model).  According  to  this  model,  consumer behavior occurs  at the intersection of  a  consumer-behavior setting  and  an individual’s learning history of consumption and is a function of utilitarian (mediated by the product) and informational (mediated by other persons) consequences. The model has been useful in analyses of consumers’ brand choice and reactions to different settings. In the present paper, the model was applied to the interpretation of environmental deleterious behaviors (use of private transportation, consumption of domestic energy, waste disposal, and domestic consumption of water). This application pointed to specific marketing strategies that should be adopted to modify each of these operant classes.

CONSUMER BEHAVIOR ANALYSIS AND SOCIAL MARKETING

how it may be applied to and actively employed in social marketing programs aimed at the conservation of natural resources.


CONSUMER BEHAVIOR ANALYSIS AND THE BPM
Consumer behavior analysis has the agenda of applying basic behavioral laws and principles to real life consumer behavior. In doing this consumer behavior analysis models should be more able to accurately describe, predict and affect consumers. However, adding in the real life effects of consumer behavior will
certainly make the resulting models more complicated.



FOXALL, OLIVEIRA-CASTRO ET AL.
recuperation it provides. This type of holiday may also generate some punishing utilitarian consequences, such as having to face a long and tiring trip and spending a  lot  of  money. As  another  example,  one  of  the main  utilitarian reinforcing consequences of owning  a  car is to be able to get door-to-door transportation, which any car can offer. Owning a car can also produce some punishing utilitarian consequences such as having to deal with its eventual breakdowns.



CONSUMER BEHAVIOR ANALYSIS AND SOCIAL MARKETING






THE USEFULNESS OF THE BPM IN INTERPRETING CONSUMER BEHAVIOR
In all the examples of informational and utilitarian reinforcers and punishers given so far, we referred to events that usually have reinforcing and punishing functions for most  people. This  does  not imply these functions should  not  be empirically  tested  for  “the  only  way  to  tell  whether  or  not  a  given  event  is
reinforcing to a given organism under given conditions is to make a direct test. We observe the frequency of a selected response, then make an event contingent upon it and observe any change in frequency. If there is a change, we classify the event  as reinforcing  to  the  organism  under  the  existing  conditions”


Consumer Brand Choice
The  marketing  literature  suggests  that,  when  purchasing  fast  moving consumer  goods (fmcgs), consumers have a repertoire of two to four brands in each product category from which they select, as if randomly, on each shopping occasion (cf. Ehrenberg, Uncles & Goodhardt, 2004). Early consumer behavior
analysis work studied the issue of repertoire buying through the development of methodologies  based  on  behavioral  economics,  specifically  matching, maximization  and  demand  processes (see for  example Foxall & James,  2001; Foxall & Schrezenmaier, 2003). In summary, the results suggested that consumers
will buy the cheapest brand within their repertoire although this is not always the cheapest of  all the brands  available. This indicates that brands within  a  given product  category  are not  all functionally substitutable. One possible source of non-substitutability  among  brand may  be  based  on the level  of  utilitarian  and
informational reinforcement (as discussed previously) they offer to  consumers (Foxall, 1999).



Brand Choice: Informational and Utilitarian Reinforcement
Based on this distinction between utilitarian and informational reinforcement, which suggests different types of reinforcers influence consumer choices, Foxall, Oliveira-Castro and Schrezenmaier (2004) examined whether consumers’ brand repertoires (patterns of repertoire buying as discussed above) are related to the
levels of utilitarian and informational reinforcement offered by the brands. The authors based their  analyses on purchase data from  a sample of 80  consumers buying nine products (i.e., baked beans, cookies, breakfast cereals, butter, cheese, fruit juice, instant coffee, margarine, and tea) during a period of 16 weeks.


The Scope of the Consumer Behavior Setting
Alongside  informational  and  utilitarian  reinforcement,  the  scope  of  the behavior setting is  an important variable in the BPM. According to the BPM, behavior is a function of the consumer situation. From the work of Schwartz and Lacey (1988) it has been proposed that purchase and consumption activities occur in  a  continuum  which  ranges  between  relatively  open  to  relatively  closed consumer behavior settings.



A BEHAVIORAL CLASSIFICATION OF CONSUMER CHOICE
Working  with  the  proposed  bifurcation  of  utilitarian  and  informational reinforcement already described, the BPM suggests that four operant classes of consumer behavior  can be described  according to the pattern of reinforcement (i.e., high/low utilitarian and high/low informational) which maintains it. These are shown in Table 1. Behaviors classed as accomplishment are maintained by high levels of both utilitarian and informational reinforcement and may include conspicuous consumption behaviors such as buying status cars.




TABLE 1. OPERANT CLASSES BASED ON THE LEVELS OF UTILITARIAN AND
INFORMATIONAL REINFORCEMENT.




forcement are substantially lower than for the other classes of behavior, but are far from unimportant and may be controlled negatively by the removal of a threat. A more  detailed  discussion  and interpretation  of the four  operant  classes  can  be found in Foxall (1990, 1993, 1994). These  operant  classes  can  be  operationalized  alongside  the scope  of  the setting to produce eight separate contingency categories to analyze a broad range of behaviors. These categories are summarized in Table 2.





TABLE 2. CONTINGENCIES CATEGORIES BASED ON THE BPM
(ADAPTED FROM FOXALL, 1998, P. 104).






TABLE 3. CONSEQUENCES OF ENVIRONMENT-IMPACTING CONSUMPTION.






TABLE 4. SUMMARY OF DE-MARKETING STRATEGIES FOR ENVIRONMENTAL
PROBLEMS



CONCLUSION

In order to develop efficient strategies of environmental conservation, we need to identify the variables that influence consumer behaviors that produce unwanted environmental impact. Within an operant framework this implies, among other things, examining the consequences that maintain such behaviors. Only after identifying what events are reinforcing and punishing for individuals under given conditions, can one, based on an operant framework, make specific predictions and plan well-grounded interventions concerning the behavior of individuals. The distinction between informational and utilitarian consequences proposed by the BPM is a step in the direction of identifying what functions as reinforcers and punishers for consumers in general. This distinction has been useful in analyzing consumers’ brand choice and verbal responses to different consumer settings.

The present paper applied such distinctions to analyses of some relevant classes of behavior related to environmental conservation, namely, use of private transportation, consumption of domestic energy, waste disposal, and domestic consumption of water. Each of these operant classes appears to be maintained by different levels of informational and utilitarian consequences, which suggests intervention plans should adopt differentiated and specific marketing strategies to modify each behavior class.

REFERENCES

Alhadeff, D. A. (1982). Microeconomics and human behavior: Toward a new synthesis of economics and psychology. Berkeley, CA: University of California Press.


Baum, W. M. (2005). Understanding behaviorism: Behavior, culture and evolution (2nded.).
Oxford: Blackwell Publishing.
Blackman, D. E. (1980). Images of man in contemporary behaviourism. In A. J. Chapman & D.
M. Jones (Eds.), Models of man (pp. 99-112). Leicester: British Psychological Society.
Catania, A. C. (1998). Learning (4thed.). Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall.
Bloom, P. N., & Novelli, W. D. (1981). Problems and challenges in social marketing. Journal of Marketing, 45, 79-88.
Cone, J. D., & Hayes, S. C. (1980). Environmental problems/behavioral solutions. Monterey, CA: Brooks/Cole.
Constanzo, W., Archer, D., Aronson, E. & Pettigrew, T. (1986). Energy conservation behavior:
The difficult path from information to action. American Psychologist,41, 521-528.


Jurnal Perilaku Konsumen dan Review Jurnal I

ANALISIS PENGARUH PERILAKU KONSUMEN TERHADAPKEPUTUSAN PEMBELIAN RUKO DI KOTA MALANG

INDAH YULIAN IMahasiswa Program Magister Manajemen PPSUBA gung Yuniarinto Dosen Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya Djumilah Zain Dosen Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya


ABSTRAK 
Penelitian ini mengungkapkan pengaruh perilaku konsumen terhadapkeputusan pembelian yaitu dengan menganalisis faktor-faktor bauran pemasaran dankelompok referensi terhadap keputusan pembelian ruko di kota Malang. Dalam penelitian ini mengungkapkan pengaruh dari faktor produk, harga, lokasi, promosi, bukti fisik, kelompok referensi baik secara bersama-sama maupun secara parsial,serta dilengkapi pula mengenai faktor yang dominan pengaruhnya terhadapkeputusan pembelian ruko di kota Malang, khususnya di daerah berkembang di kotaMalang.Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis faktor,analisis regresi linear berganda. Secara keseluruhan hasil dari penelitian ini dapatdisimpulkan bahwa faktor produk, harga, lokasi strategis, promosi, bukti fisik, dankelompok referensi berpengaruh secara bersama-sama terhadap keputusankonsumen dalam membeli ruko di kota Malang. Secara parsial, produk, harga, lokasi strategis, bukti fisik berpengaruh signifikan sedangkan promosi dan kelompok referensi tidak berpengaruh. Untuk factor yang berpengaruh dominan terhadapkeputusan pembelian ruko di kota Malang adalah lokasi strategis. Hasil penelitianmenyarankan kepada pengembang untuk memahami perilaku konsumen untuk mengetahui konsep ruko yang diharapkan konsumen.Kata Kunci : Perilaku Konsumen, Keputusan Pembelian, Konsep Ruko

PENDAHULUAN
Pada kondisi lingkungan dimana terjadi perkembangan jumlah penduduk,akan diikuti oleh pengembangan pemukiman baru sehingga diperlukan adanyasarana untuk memenuhi kebutuhan masyarakat antara lain mendirikan sarana tempat berbelanja. Dalam kondisi seperti ini tentunya menjadi peluang bagi pengusaha/pengembang untuk ikut berperan dalam mengadakan pembangunantempat berbelanja seperti mal, plaza, trade center, dan rumah toko (ruko). Saat iniusaha membangun ruko merupakan salah satu peluang bisnis yang sedang marak,ditandai dengan cukup banyaknya pengusaha yang menginvestasikan modalnya danadanya kecenderungan semakin meningkatnya pembangunan ruko di daerah berkembang di kota MalangSejalan dengan menjamurnya bisnis properti yang ditandai dengandibangunnya komplek perumahan, ruko, mal, trade center, dan pusat pembelanjaanlainnya, terutama kehadiran ruko di kota Malang yang jumlahnya kian meningkatakan memberikan banyak pilihan tempat bagi pengusaha ritel atau pengusaha di bidang lain untuk membuka usaha. Alasan pemilihan lokasi penelitian pada daerah berkembang adalah karena pembangunan ruko pada beberapa tahun terakhir inilebih dipusatkan pada daerah berkembang seiring dengan rencana pengembangandaerah.Dengan semakin ketatnya tingkat persaingan dalam dunia usaha dewasa ini,mendorong para pengembang untuk memahami keinginan konsumen dengan caramempelajari perilaku konsumen. Berdasarkan pemahaman tentang perilakukonsumen yang baik dan tepat diharapkan akan dapat mengembangkan kegiatan pemasarannya dengan lebih baik lagi. Sebelum merencanakan pemasarannya, pengembang perlu mengenal konsumen, sasaran dan model keputusan yangdilakukan oleh konsumen tersebut. Sehingga pengembang mengetahui motif konsumen secara langsung atau tidak langsung yang besar pengaruhnya dalammenilai, mempersepsikan suatu ruko yang sesuai dengan konsep yang ada di benak konsumen. Pada dasarnya produk-produk yang ditawarkan oleh produsen dan dibelioleh konsumen adalah untuk memenuhi kebutuhan yang diharapkannya.Dengan melakukan analisa konsumen dapat diketahui faktor-faktor yangmempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian sehingga dapat digunakansebagai dasar untuk menetapkan kebijakan perusahaan yang tepat, dan diharapkan pengembang akan mempunyai peluang yang besar dalam mencapai posisi yang baik di pasar. Permasalahan yang ada sehubungan dengan penelitian ini adalah berdasarkan pengamatan terhadap pertumbuhan dan perkembangan jumlah rukoyang dibangun oleh pengembang ada yang tidak laku dipasarkan. Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan bahwa terdapat bangunan ruko di beberapa tempat yangtelah lama dibangun belum laku juga . Pernyataan ini didukung oleh hasil penelitianyang dilakukan oleh Cakrawala (2002) yang menyatakan bahwa rukobelum terisi (tidak laku) itu disebabkan oleh kurang mendalamnya pengembang dalam melakukan analisa pasar.Dalam penelitian ini difokuskan pada beberapa variabel eksternal yangdiperkirakan mempengaruhi keputusan konsumen dalam membeli ruko. Berdasarkanwawancara yang dilakukan peneliti dalam survei pendahuluan mereka lebih banyak fokus pada faktor eksternal khususnya pada pertimbangan harga, produk, lokasi, pengaruh promosi, bukti fisik, pengaruh kelompok referensi. Oleh karena itu, dalam penelitian ini memfokuskan pada variabel-variabel eksternal yaitu variabel produk,harga, lokasi, promosi, bukti fisik, dan pengaruh kelompok referensi.Berdasarkan latar belakang maka masalah dalam penelitian ini adalah“bagaimanakah pengaruh faktor-faktor bauran pemasaran (produk, harga, lokasi, promosi, bukti fisik) dan faktor sosial (kelompok referensi) baik secara simultanmaupun parsial terhadap keputusan konsumen dalam membeli ruko di daerah berkembang di kota Malang ?”Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh faktor-faktor bauran pemasaran (produk, harga, lokasi, promosi, bukti fisik), dan faktor sosial (kelompok referensi) baik secara simultan maupun secara parsial terhadap keputusan konsumendalam membeli ruko di daerah berkembang di kota Malang.

TINJAUAN PUSTAKA
Pada saat ini, tingkat persaingan antar perusahaan semakin tajam. Kondisiini membuat konsumen mempunyai banyak pilihan pada barang yang akan dibeli.Hanya barang yang memenuhi selera dan kepuasan konsumenlah yang akan dipilih.Oleh karena itu, saat ini aspek pemasaran merupakan ujung tombak bagi perusahaan. Kotler (1997) menyatakan bahwa pemasaran adalah proses perencanaandan pelaksanaan pemikiran, penetapan harga, promosi, serta penyaluran gagasan, barang, dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memuaskan tujuan-tujuanindividu dan organisasi. Para pemasar menganggap, konsumen saat ini sudah sangat selektif terhadap barang atau jasa yang ditawarkan oleh para produsen. Hal ini menjadikan pemasar harus mencari terobosan-terobosan baru yang dapat menarik ataumenimbulkan minat dan motivasi konsumen dengan menerapkan konsep pemasarandan bukan konsep penjualan. Konsep yang berwawasan pemasaran mempunyai perspektif dari luar ke dalam artinya konsep ini memusatkan perhatiannya padakebutuhan pelanggan, mengoordinasikan semua aktivitas pemasaran yangmempengaruhi konsumen dengan tujuan untuk memperoleh laba dalam jangka panjang dengan berwawasan meningkatkan nilai dari kepuasan bagi pelanggan.

Berkaitan dengan perilaku individu yang berbeda-beda, maka untuk mempelajari dan menganalisa perilaku konsumen diperlukan adanya suatu model yang dapat menggambarkan sebuah rancangan untuk membantu mengembangkanteori yang mengarahkan penelitian perilaku konsumen dan sebagai bahan dasar untuk mempelajari pengetahuan yang terus berkembang mengenai perilaku konsumen dan faktor-faktor yang mempengaruhi. Menurut Henry Assael yang dikutip oleh Sutisna (2002) terdapat tiga faktor yang mempengaruhi pilihan konsumen yaitu:

Faktor individu konsumen menjelaskan bahwa pilihan untuk membeli suatu produk dipengaruhi oleh variabel gagasan (kebutuhan, motivasi, sikap, persepsi)dan karakteristik konsumen (demografi, gaya hidup, kepribadian).

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian survei. Jenis penelitian yang digunakanadalah explanatory research, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menjelaskanhubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis (Singarimbun,1995).Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pembeli pertama sekaligus pemilik ruko sebagai tempat usaha di daerah berkembang di kota Malang yangdibangun mulai tahun 2000 – 2003. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Jumlah populasi pada tiap kecamatan dan kelurahan.
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara ditunjuk langsung dimanasampel memenuhi kriteria sebagai pembeli pertama sekaligus pemilik ruko yangdifungsikan sebagai tempat usaha yang dibangun mulai tahun 2000-2003.Sumber data adalah data primer meliputi jumlah ruko yang dibangun,dibangun tahun berapa, jumlah ruko yang sudah laku dan data yang diperolehlangsung dari responden melalui pengisian kuisioner. Data sekunder meliputi data pendukung yang diperoleh dari Kimpraswil Malang berupa data tentang daerah berkembang dan rencana pengembangan pemukiman, jurnal, surat kabar danliteratur yang mendukung data primer.
  • Teknik Pengukuran Data
  • Pengukuran data dengan skala Likert yang terdiri dari lima pilihan jawaban atas pertanyaan yang diajukan, yaitu sangat dipertimbangkan bernilai 5,dipertimbangkan bernilai 4, cukup dipertimbangkan 3, tidak dipertimbangkan bernilai 2, dan sangat tidak dipertimbangkan bernilai 1.
  • Uji Validitas Instrumen
  • Untuk menguji tingkat validitas data, dalam penelitian ini digunakan ujivaliditas konstruk (construct validity) dengan teknik korelasi “product moment”Syarat minimum untuk dianggap valid adalah nilai r ≥ 0,361 (Sugiyono,1999)
  • Uji Reliabilitas Instrumen
  • Dalam penelitian ini uji realibilitas data menggunakan pendekatan “AlphaCronbach”. Instumen dapat dikatakan handal (reliabel) bila memiliki koefisienkeandalan sebesar 0,6 atau lebih (Arikunto,1992).
  • Analisis Data
  • Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah analisis faktor dananalisis regresi linier berganda.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
  • Penggambaran karakteristik responden didasarkan pada umur, pendidikanterakhir, dan jenis usaha.-Responden dalam penelitian ini rata-rata berusia 33 – 46 tahun. Respondensudah mempunyai usia yang cukup matang dalam pengambilan keputusan dansudah berpengalaman di bidang usaha.-Karakteristik responden ditinjau dari tingkat pendidikan menunjukkan bahwasebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan terakhir sarjana. Tingkat pendidikan yang tinggi akan menentukan kemampuan seseorang dalam memilihruko yang fisible sebagai tempat usaha.
  • Karakteristik responden ditinjau dari segi jenis usaha menunjukkan bahwasebagian besar jenis usaha yang dijalankan para pemilik ruko adalah perdagangan dan jasa, yang umumnya yang umumnya merupakan kebutuhan pokok sehari-hariBerdasarkan hasil analisis semua instrumen penelitian reliabel dan validsehingga dapat digunakan.
  • Variabel-variabel Yang Tidak Memenuhi MSA.Dari hasil analisis faktor menunjukan bahwa dari 20 variabel semuanyamemenuhi syarat MSA. Batas kecukupan MSA adalah > 0,5 (Maholtra, 1996).
  • Penentuan Jumlah Faktor Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah Principle ComponentAnalysis (CPA). Penentuan jumlah faktor didasarkan pada nilai eigen value > 1,0(Maholtra 1996).
  • Rotasi Faktor Rotasi faktor yang digunakan adalah rotasi varimax, ketujuh faktor dapatdicerminkan oleh variabel analisis, yang memiliki faktor loading minimum 0,50.Hasil rotasi dari matriks faktor dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini:
  • Interpretasi Faktor Berdasarkan analisis sebelumnya dapat dilihat bahwa ada 19 variabel yangtersebar kedalam 7 faktor yang merupakan faktor-faktor yang dipertimbangkanoleh konsumen dalam membeli ruko di daerah berkembang di kota Malang.Interpretasi faktor dapat dilakukan dengan mengelompokan variabel yangmempunyai faktor loading > 0,50.
  • Skor Faktor Karena tujuan analisis faktor untuk mereduksi data guna analisis multivariatselanjutnya yaitu analisis regresi linier berganda maka proses analisis perludilanjutkan hingga penentuan skor faktor.
  • Uji Ketepatan Model (Model Fit)Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui bahwa teknik analisis yangdigunakan dalam analisis faktor ini adalah tepat karena semua nilai variabelComponen Matrix > 0,50.
  • Pengaruh Variabel Bebas Terhadap Variabel Terikat Secara Simultan.
Model regresi dengan lebih dari dua variabel bebas digunakan Adjusted R sebagai koefisien determinasi (Santoso, 2000). Dari analisis regresi sebagaimanatercantum pada tabel 5 diperoleh hasil bahwa nilai koefisien determinasi AdjustedR = 0,665 berarti bahwa 66,5% keputusan konsumen dalam membeli ruko didaerah berkembang di kota Malang dipengaruhi oleh variabel produk, harga, lokasi, promosi, bukti fisik, kelompok referensi sedangkan 33,5% dipengaruhi oleh variabellain di luar model.
Pengaruh Variabel Bebas Terhadap Variabel Terikat Secara Parsial
Berdasarkan uji t pada tabel 5 dapat diketahui bahwa secara parsial variabel produk, harga, lokasi, dan bukti fisik berpengaruh signifikan terhadap keputusankonsumen dalam membeli ruko di daerah berkembang di kota Malang karena nilaisignifikansi t lebih kecil dari 5%. Sedangkan variabel promosi dan kelompok referensi secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan konsumendalam membeli ruko di daerah berkembang di kota Malang karena nilai signifikansit lebih besar dari 5%.

  • Produk. Dari analisis diperoleh bahwa variabel produk berpengaruh positip terhadapkeputusan pembelian ruko. Hal ini berarti bahwa setiap usaha pengembang dalammemperbaiki desain ruko dan meningkatkan kualitas bangunan akan diikuti dengan peningkatan nilai pembelian ruko.
  • Harga. Dari analisis regresi diperoleh bahwa variabel harga berpengaruh negaripterhadap keputusan pembelian ruko. Hal ini berarti bahwa penetapan harga yangcukup mahal, pemberian potongan harga yang kurang menguntungkan, dan syarat pembayaran yang dirasa agak memberatkan akan diikuti dengan penurunan nilai pembelian ruko.
  • Lokasi. Dari analisis regresi diperoleh bahwa variabel lokasi berpengaruh positipterhadap keputusan pembelian ruko. Hal ini berarti bahwa setiap usaha pengembangdalam memilih lokasi pembangunan ruko di daerah yang mudah dijangkau saranatransportasi, dekat dengan pemukiman, mobilitas kendaraan dan orang ramai,nyaman dan perkembangan daerahnya pesat sebagai kawasan usaha akan diikutidengan peningkatan nilai pembelian ruko.
  • Bukti fisik.Dari analisis regresi diperoleh bahwa variabel bukti fisik berpengaruh positipterhadap keputusan pembelian ruko. Hal ini berarti bahwa setiap usaha pengembangdalam membangun ruko dengan menyediakan fasilitas parkir dan fasilitas umum(listrik, telpon, air) yang memadai dan ruko berada di lingkungan daerah yang amanakan diikuti dengan peningkatan nilai pembelian ruko.

Secara simultan variabel produk, harga, lokasi, promosi, bukti fisik, dankelompok referensi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian ruko di daerah berkembang di kota Malang, artinya bahwa konsumendalam membeli ruko di daerah berkembang di kota Malang 66,5% akanmempertimbangkan faktor produk, harga, lokasi, promosi, bukti fisik, dan kelompok referensi secara bersama-sama. Sedangkan 33,5% mempertimbangkan faktor lainyang tidak dibahas dalam penelitian ini. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwadengan hanya mengandalkan lokasi strategis saja atau desain yang menarik ataulahan parkir yang luas, belum tentu bisa meningkatkan daya tarik konsumen dannilai jual dari komplek rukonya. Bila dikaitkan dengan kasus banyaknya ruko yangtidak laku disebabkan karena pengusaha ruko yang kebanyakan adalah pengembang perorangan hanya mencoba usaha pada bisnis properti untuk mengikuti tren yangada sehingga mereka tidak memperhatikan faktor-faktor yang dipertimbangkankonsumen dalam membeli ruko. Hal ini berarti bahwa pengembang atau pengusaharuko dalam membangun ruko harus mempertimbangkan semua faktor tersebutdengan harapan semua ruko yang ditawarkan diminati konsumen dan laku terjual.Secara teoritis, hasil penelitian ini mendukung teori pemasaran yang dikemukakan oleh Amirullah (2003) mengenai faktor-faktor eksternal, antara lain bauran pemasaran dan kelompok referensi yang mempengaruhi keputusan konsumendalam membeli.

Produk
Jika dilihat dari gambaran jawaban responden tentang variabel produk maka dapat dikatakan bahwa dalam membeli ruko mereka mempertimbangkanmasalah disain dan kualitas bangunan. Para pembeli ruko kini lebih menyukai ruko-ruko yang dibangun dengan disain dan arsitektur bergaya luar negeri, terutama bergaya Eropa dan Amerika (Properti, edisi Pebruari 2003). Hal ini menunjukkan bahwa disain dan arsitektur bangunan luar ruko yang cantik menjadi tren karenayang dibutuhkan calon pembeli ruko ternyata disain luarnya antara lain disain bergaya spanyol dan mediterania. Untuk menciptakan disain yang menarik, pengembang harus mengikuti tren model ruko yang banyak diminati konsumen.Selain itu pengembang harus memperhatikan dan meningkatkan kualitas bangunandengan melakukan pemilihan material yang baik dan berkualitas tinggi sertamelakukan pengawasan pekerjaan sesuai dengan perencanaan. Selain itu untuk menarik konsumen pembeli ruko, pengembang bisa menawarkan harga yang lebihmurah untuk bangunan ruko yang sudah lama dibangun dan belum laku. Karenasemakin lama usia bangunan ruko akan berdampak pada tampilan dan kondisi rukoyang tidak sebagus awalnya.

Harga
Penetapan harga ruko yang wajar, pemberian potongan harga yangmenguntungkan dan syarat pembayaran yang meringankan menjadi harapan dan pertimbangan konsumen dalam membeli ruko. Kenyataannya harga ruko masihdinilai cukup mahal oleh sebagian besar konsumen, sehingga diharapkan pemberian potongan harga dan kemudahan syarat pembayaran akan meringankan konsumen.Karena pada dasarnya mahal tidaknya ruko adalah relatif. Mahalnya harga rukodikarenakan letak lokasi ruko yang cukup strategis dan tanah tempat dibangun ruko mempunyai nilai jual yang cukup tinggi. Meskipun harganya mahal tetapi fisiblesebagai tempat usaha akan tetap dibeli. Untuk meningkatkan daya tarik konsumenterhadap ruko yang ditawarkan, pengembang dapat memberikan potongan harga bagi yang membayar secara cash atau memberikan kemudahan sistem pembayarandengan cara diangsur.

Lokasi
Lokasi yang strategis merupakan syarat yang harus dipenuhi pada saatkonsumen membeli ruko sebagai tempat usaha. Startegis dalam arti lokasi rukomudah dijangkau sarana transportasi, dekat dengan pemukiman penduduk, mobilitaskendaraan dan orang yang lewat ramai, lokasinya nyaman, dan daerahnyamempunyai indikasi untuk berkembang menjadi kawasan usaha. Hal ini tampak pada hasil jawaban responden yang sebagian besar menyatakan lokasi ruko yangdibeli cukup strategis. Rata-rata mereka sangat menginginkan lokasi ruko yang berada di jalan utama yang mudah dijangkau oleh sarana transportasi, tingkatkepadatan lalu lintas kendaraan dan orang yang lewat cukup padat, dekat dengan pemukiman penduduk, nyaman sebagai tempat usaha, dan berada di daerah yangmempunyai prospek berkembang menjadi kawasan usaha. Hal ini dimaksudkan agar usaha yang dijalankan dapat dengan mudah dijangkau oleh konsumen. Banyaknyafrekwensi kendaraan dan orang yang lewat akan memberi peluang yang cukup besar bagi orang untuk singgah dan berbelanja ke lokasi ruko.

Promosi
Dalam penelitian ini promosi secara parsial tidak berpengaruh signifikanterhadap keputusan pembelian ruko. Jika ditinjau dari jawaban responden, rata-ratamereka menyatakan promosi cukup mempengaruhi keputusan pembelian ruko.Walaupun ada sekitar 41% dari 100 responden tidak dipengaruhi oleh promosi.Pada umumnya dalam memutuskan membeli ruko, mereka telah mempunyai konseptentang ruko yang akan dibeli dan disesuaikan dengan jenis usaha yang akandijalankan. Tujuan pengembang melakukan promosi adalah untuk menginformasikan dan menarik konsumen untuk membeli produk yang ditawarkan.Tetapi sampai sejauh mana promosi itu dapat mempengaruhi konsumen tergantung pada tingkat efektifitas promosi yang dilakukan oleh pengembang. Agar promosiyang dilakukan lebih efektif, pengembang harus memahami perilaku pembeli rukoagar mereka mendapatkan gambaran tentang konsep ruko yang dikehendaki olehkonsumen dan dikaitkan dengan jenis usaha yang akan dijalankan.

Bukti fisik 
Salah satu daya tarik ruko agar diminati pembeli ruko adalah fasilitas yangdisediakan oleh pengembang, antara lain fasilitas sarana parkir, penyediaan fasilitasumum dan keamanan lingkungan ruko. Dari hasil analisis didapatkan bahwa untuk variabel bukti fisik yang dipertimbangkan konsumen adalah tersedianya sarana parkir yang memadai, fasilitas umum seperti listrik, telpon dan air yang memadai,serta keamanan lingkungan ruko. Lahan parkir yang tidak memadai menjadi salahsatu penyebab kemacetan lalu lintas sehingga menyebabkan orang untuk enggan berbelanja ke ruko tersebut. Oeh karena itu ketersediaan lahan parkir yang memadaimenjadi daya tarik dan pertimbangan konsumen dalam membeli ruko. Faktor keamanan dipertimbangkan karena jika daerah lingkungan ruko rawan maka pembeli ruko enggan untuk membuka usaha di ruko tersebut dan tempat usaha akansepi dari pembeli atau pengunjung.

REVIEW JURNAL
Tema: Perilaku Konsumen

ANALISIS PENGARUH PERILAKU KONSUMEN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN RUKO DI KOTA MALANG

Latar Belakang Penelitian
Dalam penelitian ini pengaruh kelompok referensi secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian ruko. Jika ditinjau darianalisis deskriptif rata-rata responden menyatakan dalam membeli ruko merekatidak dipengaruhi oleh saran dari rekan usaha dan orang yang telah membeli ruko.Hal ini dikarenakan mereka mempunyai prinsip dan pandangan sendiri tentang rukoyang sesuai dengan jenis usaha yang akan dijalankan. Selain itu adanya anggapan bahwa dalam dunia usaha pasti ada unsur persaingan, sehingga saran dari rekanusaha cukup dipertimbangkan tetapi tidak berpengaruh besar dalam pengambilankeputusan pembelian ruko. Dalam menentukan ruko mana yang akan dibeli,konsumen lebih suka menganalisa sendiri fisible tidaknya lokasi ruko untuk jenisusahanya.

Perumusan Masalah
Ditinjau dari diskripsi jawaban responden diketahui bahwa sebagian besar responden menilai bahwa ruko yang dibeli menguntungkan dan mempunyaikeinginan untuk membeli lagi di lokasi yang berbeda untuk mengembangkanusahanya. Hanya sebagian kecil responden yang tidak berkeinginan membeli rukolagi karena mereka belum melihat perkembangan yang berarti dari usaha yangdijalankan sehingga sementara waktu belum mempunyai keberanian untuk mempunyai ruko lagi.

Tujuan Penelitian
Dari hasil penelitian ini ditujukan kepada pengembang supaya ruko yangdibangun diminati dan laku maka yang perlu dilakukan adalah memahami perilaku konsumen agar memperoleh gambaran tentang konsep ruko yangdiinginkan konsumen dan faktor-faktor yang dipertimbangkan konsumen dalammembeli ruko.2.Variabel lokasi strategis merupakan faktor dominan yang masih harusdipertimbangkan pengembang sebelum membangun ruko. Namun demikian perlu dilakukan inovasi-inovasi pada ruko yang akan dibangun dan tidak hanya bertumpu pada lokasi strategis tetapi juga faktor produk, harga, dan bukti fisik.3.Peneliti menyadari bahwa hasil penelitian ini belum sempurna karena adanya berbagai keterbatasan antara lain tidak dibedakannya populasi berdasarkan jenisusaha yang dijalankan sehingga peneliti yang akan datang dapat meneruskandan menyempurnakan penelitian ini dengan mengkaji faktor-faktor lain yangmempengaruhi keputusan konsumen dalam membeli ruko, seperti motivasiorang membeli ruko, faktor budaya dari segi kepercayaan masing-masingkelompok budaya terhadap tata letak ruko, faktor ekonomi yaitu potensi orangyang berbelanja ke ruko, serta ditinjau dari jenis usaha yang dijalankan.

METODOLOGI PENELITIAN
Metode Penelitian
Menjelaskan bahwa faktor lingkungan yang mempengaruhi keputusankonsumen adalah faktor budaya ( norma masyarakat, sub budaya), kelas sosial(pendapatan, jenis pekerjaan), kelompok referensi ( teman, sub budaya), kelassosial (pendapatan, jenis pekerjaan), kelompok referensi ( teman, keluarga),situasi ( situasi dimana barang atau jasa dikonsumsi).
Menjelaskan tentang variabel yang berada dibawah kontrol pemasar yaitu bauran pemasaran. Dalam hal ini strategi pemasaran yang lazim dikembangkanoleh pemasar yaitu yang berhubungan dengan produk apa yang akanditawarkan, penentuan harga jual produknya, strategi promosinya, dan bagaimana melakukan distribusi produk pada konsumen. Selanjutnya pemasar harus mengevaluasi strategi pemasaran yang dilakukan dengan melihat responkonsumen untuk memperbaiki strategi pemasaran di masa depan. Sementara itukonsumen individual akan mengevaluasi pembelian yang telah dilakukannya.Menurut Amirullah (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi keputusanmembeli konsumen secara sederhana dibagi dalam dua bagian, yaitu a) kekuataninternal, seperti : pengalaman, belajar, kepribadian dan konsep diri, motivasi danketerlibatan, sikap dan keinginan, b) kekuatan eksternal, seperti : faktor budaya,sosial, lingkungan ekonomi, dan bauran pemasaran.Dari penelitian terdahulu, penulis mengambil beberapa variabel yangrelevan dengan objek penelitian ini yaitu variabel produk, harga, lokasi, promosi, bukti fisik, kelompok referensi.

Jenis dan Sumber Data Penelitian
Dengan demikian maka konsep pemasaran mengisyaratkan bahwa kegiatan pemasaran suatu perusahaan harus dimulai dengan usaha mengenal danmerumuskan keinginan dan kebutuhan dari konsumennya, yang didukung denganmarketing mix, yang merupakan pemandu pelaksanaan fungsi pemasaran agar kebutuhan dapat terpenuhi serta memuaskan para konsumen.Sikap dan perilaku konsumen mempunyai peranan yang cukup besar dalammenentukan strategi pemasaran yang tepat. Menurut Loudon dan Betta (1993) perilaku konsumen didefinisikan sebagai proses pengambilan dan aktivitas secarafisik yang dilibatkan dalam mengevaluasi, memperoleh, menggunakan atau dapatmempergunakan barang dan jasa.

ANALISIS DATA
Data yang diperoleh dianalisa dengan tahapan-tahapan sebagai berikut :
Analisis statistik deskriptif, pada umumnya mereka mempunyai prinsip dan mempunyai pandangan sendiri tentang konsep ruko yangsesuai dengan jenis usaha yang akan dijalankan. Sehingga mereka berpegang padaapa yang telah dikonsepkan dalam benak mereka mengenai ruko yang akan dibeli.Selain itu untuk menentukan ruko yang dianggap paling sesuai dengan kebutuhandan jenis usaha yang akan dijalankan, umumnya mereka melakukan survei denganmelihat sendiri pada saat ruko itu dibangun dan menganalisa apakah ruko tersebutfisible sebagai tempat usaha atau tidak berdasarkan kriteria-kriteria yang telahmereka tentukan.Secara empiris penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan keputusan pembelian. Perbedaanya terletak Analisis deskriptif, pada obyek penelitiannya yaitu pada penelitian sebelumnya pembelian rumah sedangkan obyek pada penelitian ini adalah rumah toko (ruko). Walaupun ditinjau dari segi manfaatdan tujuan pembeliannya berbeda yaitu pembelian rumah untuk tempat tinggal(kepuasan konsumen) sedangkan pembelian ruko dominan untuk usaha(keuntungan), tetapi untuk faktor-faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam pembelian adalah sama.Bertolak dari hasil analisis diskriptif jawaban responden maka akandibahas variabel-variabel yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam membeliruko di daerah berkembang di Kota Malang. 

KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian dan hasil analisis terhadap para konsumen pembeli rukodi daerah berkembang di Kota Malang, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut.
Hasil analisis menunjukkan bahwa secara simultan variabel produk dengandisain mengikuti tren luar negeri, berlantai dua dan kualitas bangunan yangmemadai, harga yang wajar dengan diskon rata-rata 5% dengan sistem pembayaran 20% dibayar dimuka dan sisanya diangsur 10 kali per bulan, lokasistrategis di tepi jalan raya, nyaman, dekat dengan pemukiman penduduk dan berada di daerah berkembang sebagai kawasan usaha, serta bukti fisik yaitutersedianya fasilitas parkir, umum, keamanan yang memadai, berpengaruhsignifikan terhadap keputusan pembelian ruko di daerah berkembang di kotaMalang. Sekitar 66,5% variabel bebas tersebut berpengaruh terhadap variabelterikat dan 33,5% dipengaruhi variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitianini seperti faktor intern (motivasi orang membeli ruko), faktor ekonomi (potensiorang yang berbelanja ke ruko), faktor budaya (dari segi kepercayaan masing-masing kelompok budaya terhadap tata letak ruko) dan berdasarkan jenis usaha yang dijalankan.
Variabel lokasi strategis merupakan variabel yang berpengaruh dominanterhadap keputusan pembelian ruko di daerah berkembang di kota Malang.4.Hasil penelitian menunjukkan adanya kecenderungan konsumen merasa untungsetelah membeli ruko. Ditunjukkan oleh omzet penjualan perhari dari pedagangrata-rata 100.000 sampai 500.000 rupiah sesuai dengan jenis usaha dan harga barang yang dijual. Adanya kenaikan pendapatan yang diperoleh mendorong pemilik ruko untuk membeli lagi di lokasi yang berbeda dalam rangkamengembangkan usahanya. Hal ini mengindikasikan bahwa prospek usahamembangun ruko untuk saat ini masih cukup baik.